Ingredient Terminology 9



1. Paria
Paria atau nama latinnya (Momordica charantina L) merupakan tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama pada daerah India bagian barat, yaiu Assam dan Burma. Tanaman ini adalah anggota suku labu-labuan dari Cucurbitaceae. Biasanya tanaman ini dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun dijadikan sebagai bahan untuk pengobatan. Pare memiliki kandungan ilmiah antara lain energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan air.

Paria merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang yang berbentuk spiral. Tanaman paria memiliki batang yang berwarna hijau,dengan panjang bisa mencapai 1,5 m. Daun berbentuk jari tangan, dengan ujung yang meruncing. Kedudukan daun pada batang tanaman berselang-seling antara satu daun dengan daun yang diatasnya.

Bunga paria berumah satu, karena bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah tetapi masih dalam pohon yang sama. Bunga paria berbentuk seperti terompet, dengan mahkota bunga yang berwarna kuning cerah. Hal yang membedakan bunga jantan dan bunga betina adalah bunga betina memilki bakal buah yang membengkak dibawah mahkota bunganya. Sedangkan bunga jantan tidak mempunyai bagian yang membengkak.

Buah paria tumbuh dari ketiak daun dengan posisi menggantung, bila tanaman dirambatkan pada turus bambu. Buah paria berbentuk bulat pendek hingga bulat panjang, dengan warna kulit buah hijau keputihan hingga hijau gelap, ada yang mulus dan ada yang berduri. Apabila buah paria dibelah, maka akan tampak biji paria yang tersusun teratur pada bagian tengah buahnya. Biji paria berbentuk pipih berwarna coklat hingga kekuningan. Pada permukaan bijinya terdapat lender, sehingga bila akan digunakan sebagai benih harus dicuci lalu dikeringkan terlebih dahulu.

Jumlah Kandungan Energi Pare = 29 kkal
Jumlah Kandungan Protein Pare = 1,1 gr
Jumlah Kandungan Lemak Pare = 0,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Pare = 6,6 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Pare = 45 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Pare = 64 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Pare = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Pare = 180 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Pare = 0,08 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Pare = 52 mg


2. Petai

Petai memiliki nama ilmiah Parkia speciosa. Ia termasuk anggota famili Fabaceae dari ordo Mimosoideae. Petai memiliki biji yang panjang dan datar yang dapat dimakan. Walau begitu ia memiliki bau yang cukup aneh mirip dengan bau gas metana. Makanan petai yang umum adalah sambal udang petai dimana petai dimasak dalam sambal bersama udang. Menu masakan tradisional lainnya cukup dengan menggoreng petai dan memakannya dengan garam. Menu petai yang lezat dapat disertai dengan tahu kuah atau nasi goreng petai bersama cabe, nasi, putih telur, tahu dan bawang.

Secara gizi, kandungan petai sebanding dengan kedelai, baik dalam kandungan mineral, vitamin, protein, lemak dan antinutrisi. Komponen petai yang mudah menguap adalah 1,2,4-trithiolane, 1,3,5-trithiane dan 3,5-dimetil-1,2,4-tritiolane. Hidrogen sulfida dan etanol juga ditemukan dalam ruang pembungkus biji petai. Komponen-komponen inilah yang menyebabkan bau khas tersebut. Tanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5-25 m dan membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang , bunga yang masih muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa dan terlihat benang sari dan putiknya , bunga petai berubah menjadi warna kuning. Ukurannya pun menjadi lebih besar , buah berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tesusun rapi dalam polong yang menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10- 18 biji . Setiap biji diselaputi kulit tipis bewarna putih pada saat biji masih muda dan selaput tersebut akan menjadi bewarna kuning pada saat biji sudah tua.
Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Yaitu 46mg per 100g biji. Kandungan vitamin A pada petai juga cukup baik, yaitu 200 iu per 100g, penelitian yang dilakukan oleh widiarti (2002) membuktikan bahwa konsumsi petai sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain nilai gizinya yang tinggi, petai juga mengandung beberapa senyawa kimia lainnya seperti Cyclic polsulphida dan thiozoline-4-carbocyclic (TCA), yang dapat digunakan untuk pengobatan.



3. Jengkol

Jengkol atau Jeringatau Pithecollobium Jiringa atauPithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Ah, masih sedikit! Jengkol termasuk tanaman polong-polongan. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol akan membuat kehebohan saat memasaknya dan setelah diproses oleh pencernaan, yaitu menimbulkan bau yang katanya tak sedap.
Bau yang berlebihan tersebut dibuang saat direndam dan direbus, selain supaya biji jengkol tersebut menjadi lunak. Paling sering dihidangkan dengan cara disemur setelah dibelah menjadi dua bagian dan ditumbuk-tumbuk hingga lebih gepeng. Setelah disemur dan kemudian disantap; bau jengkol tersebut nyaris tidak tercium lagi, rasanya enak. Sering pula diplesetkan semur jengkol disebut sebagai ati maung. Bau jengkol akan muncul lagi saat membuang air seni.

Klasifikasi Tanaman Jengkol (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum) adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai bahan pangan. Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.

Bijinya dalam keadaan matang keras, namun berubah menjadi lunak dan empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Tekstur inilah yang membuatnya disukai, walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit. Kulit biji memiliki getah berwarna keunguan yang meninggalkan jejak yang sulit dihapus dari pakaian. Semakin tua,warna biji akan mengarah ke warna kuning dan akhirnya merah atau coklat setelah benar-benar matang.

Aromanya agak menyerupai petai tetapi lebih lemah. Namun demikian setelah dikonsumsi, badan akan mengeluarkan bau menyengat melalui urin, feses. dan keringat, yang dipercaya lebih mengganggu dibanding mengkonsumsi petai.

Vitamin
Vitaman yang bisa ditemukan dalam makanan berwarna kecoklatan ini antara lain vitamin A, B1, B2, dan C. Kandungan vitamin A pada jengkol sekitar 658mg/100g bahan. Vitamin A akan membantu menjaga kesehatan mata. Vitamin B2 akan membantu penyerapan protein, sedangkan vitamin B1menjaga kepekaan syaraf. Jengkol mengandung 80mg vitamin C tiap 100 gramnya. Vitamin C adalah antioksidan yang akan melawan radikal bebas dalam tubuh sekaligus penangkal virus dan bakteri. Selain itu vitamin C juga berperan dalam penyerapan zat besi. Jadi mengonsumsi jengkol bisa mengoptimalkan kadar hemoglodin darah karena mengandung zat besi sekaligus

Komentar

Postingan Populer